Sabtu, 18 Januari 2014

KOLOID DALAM FARMASI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.         
Sistem koloid berhubungan dengan proses-proses di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan didalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga proses-proses dalam sel melibatkan sistem koloid.      
Dalam udara juga terdapat sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral-mineral yang terdispersi dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan juga merupakan sistem koloid. Proses majunya garis diakibatkan pembentukan sistem koloid yang disebut proses pengendapan koloid dan terbentuknya delta pada muara sungai juga proses pembentukan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dan kotoran yang melekat (minyak).


BAB II
ISI
A.    Pengertian sistem koloid
Koloid adalah Suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu mikrometer (µm).
Sistem koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, cat adalah sistem koloid yang merupakan campuran heterogen zat padat yang tersebar merata dalam zat cair. Demikian pula udara dan debu di dalamnya merupakan suatu sistem koloid. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 10-7-10-5 cm ( 1-100 nm ) . Partikel koloid dapat berupa mekromolekul atau gumpalan molekul-molekul kecil berukuran koloid.      

B.     Sifat-sifat Koloid
Berikut ini merupakan sifat-sifat dari koloid antara lain sebagai berikut :
1. Efek Tyndall
Cara yang paling mudah untuk membedakan suatu campuran merupakan larutan, koloid, atau suspensi adalah menggunakan sifat efek Tyndall . Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui suatu sistem koloid, maka berkas cahaya tersebut kelihatan dengan jelas. Hal itu disebabkan penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Gejala seperti itulah yang disebut efek Tyndall koloid.
2. Gerak Brown
Dengan menggunakan mikroskop ultra (mikroskop optik yang digunakan untuk melihat partikel yang sangat kecil) partikel-partikel koloid tampak bergerak terus-menerus, gerakannya patah-patah (zig-zag), dan arahnya tidak menentu. Gerak sembarang seperti ini disebut gerak Brown. Gerak Brown ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris, Robert Brown ( 1773 – 1858), pada tahun 1827.
Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan yang tidak seimbang antara partikel-partikel koloid dengan molekul-molekul pendispersinya. Gerak Brown akan makin cepat, jika partikel-partikel koloid makin kecil. Gerak Brown adalah bukti dari teori kinetik molekul.
3. Elektroforesis
Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, berarti partikel koloid tersebut bermuatan listrik. Jika sepasang elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel koloid yang bermuaran positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode). Pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut elektroforesis . Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
4. Absorpsi
Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi penyerapan ion pada permukaan partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid Fe(OH) 3 dalam air akan menyerap ion H + sehingga bermuatan positif, sedangkan koloid As 2 S 3 akan menyerap ion-ion negatif. Kita tahu bahwa peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap zat lain disebut absorpsi . Berbeda dengan absorpsi pada umumnya, penyerapan yang hanya sampai ke bagian dalam di bawah permukaan suatu zat, suatu koloid mempunyai kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu terjadi karena koloid tersebut mempunyai permukaan yang sangat luas.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi ini terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid tersebut bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi (menggumpal).
6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Adanya sifat absorpsi dan zat terdispersi (dengan fase padat) terhadap mediumnya (dengan fase cair), maka kita mengenal dua jenis sol, yaitu sol liofil dan sal liofob. Sol liofil ialah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi molekul mediumnya. Sol liofob ialah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak mengabsorpsi molekul mediumnya.
Bila sol tersebut menggunakan air sebagai medium, maka kedua jenis koloid tersebut adalah sol hidrofil dan sot hidrofob. Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfida, sol-sol logam, sol belerang, dan sol Fe(OH) 3 .
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan dengan koloid liofob. Untuk menggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya, pada koloid liofil, dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguraian. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi. Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel . Koloid liofob mempunyai sifat yang berlawanan dengan koloid liofil.

7. Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses pembuatan koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan menggunakan membran semipermeabel . Proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring menggunakan membran/selaput semipermeabel disebut dialisis.   Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air. Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya (alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.
8. Koloid Pelindung
Untuk sistem koloid yang kurang stabil, perlu kita tambahkan suatu koloid yang dapat melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi. Koloid pelindung ini akan membungkus atau membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang dilindungi. Koloid pelindung ini sering digunakan pada sistem koloid tinta, cat, es krim, dan sebagainya; agar partikel-partikel koloidnya tidak menggumpal. Koloid pelindung yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi disebut emulgator (zat pengemulsi). Contohnya, susu yang merupakan emulsi lemak dalam air, emulgatornya adalah kasein (suatu protein yang dikandung air susu). Sabun dan detergen juga termasuk koloid pehindung dari emulsi antara minyak dengan air.





Sifat sifat koloid ada berbagai macam namun yang berguna dalam bidang farmasi ialah:
1.      Absorpsi
Sifat absorpsi partikel-partikel koloid ini dapat dimanfaatkan dalam obat-obatan. Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang menyebabkan sakit perut.
2.      Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses pembuatan koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan menggunakan membran semipermeabel . Proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring menggunakan membran/selaput semipermeabel disebut dialisis . Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air. Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya (alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi dengan alat dialisator.
Dalam sistem koloid dikenal istilah emulsi yaitu sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat bercampur. di dalam industri farmasi, emulsi juga berperan dalam pembuatan obat antara lain dalam pembuatan minyak ikan, salep dan krim.
Koloid Emulsi
Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: mentega, keju, jeli, dan mutiara.
2) Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh: insektisida (semprot), kabut, dan hair spray

C.    Jenis-jenis Koloid
Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersinya menjadi 3 yaiu:
1.  Sol
Sol adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispersi padat dan medium pendispersi berupa zar padat, zat cair, atau gas. Ada 3 jenis sol, yaitu sol padat, sol cair (sol), dan sol gas ( aerosol padat).
a.    Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat.
Contoh : paduan logam, gelas berwarna, intan hitam
b.    Sol cair (sol) adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh : cat, tinta, tanah liat, tepung dalam air
c.    Sol gas ( aerosol padat) adalah sol dalam medium pendispersi gas.
Contoh : debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi
Emulsi adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat, zat cair, atau gas.
a.    Emulsi padat atau gel
Gel merupakan emulsi dalam medium pendispersi zat padat.
Contoh : jelly, keju, mentega, nasi
b.    Emulsi cair
Emulsi dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan, yaitu zat cair polar dan zat cair non polar.
Contoh : susu, mayones, krim
c.    Emulsi gas (aerosol cair)
Emulsi dalam medium pendispersi gas.
Contoh : awan, kabut, hairspray
3. Buih
Buih adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi zat cair atau zat padat.
a.    Buih padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat padat.
Contoh : batu apung, roti, karet busa
b.    Buih cair (buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat cair.
Contoh : busa sabun, putih telur yang dikocok, alat pemadam kebakaran

D.     Peranan Koloid Dalam Bidang Farmasi
1.      Kosmetik
Bahan bahan kosmetika sangat banyak jenisnya, akan tetapi pada prinsipnya hampir 90% dari bahan itu dibuat dalam keadaan koloid. Hal itu disebabkan sifat koloid yang mudah menyerap pewangi dan pewarna, lembut, mudah dibersihkan, tidak merusak kulit dan rambutm dan sekaligus mengandung dua macam bahan yang tidak dapat saling larut. Macam macam bentuk bahan kosmetik sebagai berikut :
a.       Bahan kosmetika yang berbentuk aerosol, misalnya parfum dan deodorant spray, hair spray, dan penghilang bau mulut yang disemprotkan.
b.      Bahan kosmetika yang berbentuk sol, misalnya susu pembersih muka dan kulit, cairan untuk masker, dan cat kuku.
c.       Bahan kosmetika yang berbentuk emulsi, misalnya susu pembersih muka dan kulit. 
d.      Bahan kosmetika yang berbentuk gel, misalnya deodorant stick dan minyak rambut (jelly).
e.       Bahan kosmetika yang berbentuk buih, misalnya sabun cukur dan sabun kecantikan.
f.       Bahan kosmetika yang berbentuk sol padat misalnya pemerah bibir, pensil alis dan maskara
g.      Bahan kosmetika yang berbentuk pasat misalnya, pasta gigi,
h.      Deodorant, mengandung aluminium klorida untuk mengkoagulasikan (emengendapkan) protein dalam keringat. Endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjar keringat dan protein yang dihasilkan berkurang.
2.      Dalam industri farmasi
a.       Minyak ikan
b.      Penisilin untuk suntikan
3.      Dalam bidang kesehatan
Prinsip dialisis digunakan untuk membantu pasien gagal ginjal.
4.      Karbon
Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang menyebabkan sakit perut.


BAB III
PENUTUP

Dari makalah di atas dapat kita ketahui pengertian koloid adalah Suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Dalam bidang Farmasi, sistem koloid banyak digunakan, misalnya dalam pembuatan kosmetika, dalam industri kefarmasian yaitu pembutan penisilin untuk suntikan dan minyak ikan, dalam bidang kesehatan digunakan dalam membantu pasien gagal ginjal, serta serbuk karbon yang dibuat dalam berbagai sediaan untuk menyembuhkan sakit perut.



DAFTAR PUSTAKA

Sudarmo Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI seri SMS. Surakarta: Erlangga          
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid/
http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan-sistem koloid.       
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar