Sabtu, 18 Januari 2014
semoga Tuhan jodohkan aku dengan lelaki ini
“perempuan yang paham agama, akan rela dirinya dimadu. tetapi lelaki
yang paham agama akan menahan dirinya untuk tidak berpoligami”
KOLOID DALAM FARMASI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid sehingga
sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan
mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan
lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi,
kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk
emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban
semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga,
cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian,
tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna
bagi kehidupan manusia.
Sistem
koloid berhubungan dengan proses-proses di alam yang mencakup berbagai bidang.
Hal itu dapat kita perhatikan didalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang
kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh terlebih dahulu
diproses sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam makhluk hidup
merupakan suatu koloid sehingga proses-proses dalam sel melibatkan sistem
koloid.
Dalam
udara juga terdapat sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang
disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral-mineral yang terdispersi dalam
tanah yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan juga merupakan sistem koloid. Proses
majunya garis diakibatkan pembentukan sistem koloid yang disebut proses
pengendapan koloid dan terbentuknya delta pada muara sungai juga proses
pembentukan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk
membentuk koloid antara air dan kotoran yang melekat (minyak).
BAB II
ISI
A.
Pengertian
sistem koloid
Koloid adalah Suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak
antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Larutan memiliki sifat homogen
dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloid
memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana
suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran
zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu mikrometer
(µm).
Sistem koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, cat adalah sistem koloid yang merupakan campuran heterogen zat
padat yang tersebar merata dalam zat cair. Demikian pula udara dan debu di
dalamnya merupakan suatu sistem koloid. Koloid adalah suatu campuran zat
heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat
yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di
dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar
antara 10-7-10-5 cm ( 1-100 nm ) . Partikel koloid dapat berupa mekromolekul
atau gumpalan molekul-molekul kecil berukuran koloid.
B.
Sifat-sifat Koloid
Berikut ini merupakan sifat-sifat
dari koloid antara lain sebagai berikut :
1. Efek Tyndall
Cara
yang paling mudah untuk membedakan suatu campuran merupakan larutan, koloid,
atau suspensi adalah menggunakan sifat efek Tyndall . Jika seberkas cahaya
dilewatkan melalui suatu sistem koloid, maka berkas cahaya tersebut kelihatan
dengan jelas. Hal itu disebabkan penghamburan cahaya oleh partikel-partikel
koloid. Gejala seperti itulah yang disebut efek Tyndall koloid.
2. Gerak Brown
Dengan
menggunakan mikroskop ultra (mikroskop optik yang digunakan untuk melihat
partikel yang sangat kecil) partikel-partikel koloid tampak bergerak
terus-menerus, gerakannya patah-patah (zig-zag), dan arahnya tidak menentu.
Gerak sembarang seperti ini disebut gerak Brown. Gerak Brown ditemukan oleh
seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris, Robert Brown ( 1773 – 1858), pada
tahun 1827.
Gerak
Brown terjadi akibat adanya tumbukan yang tidak seimbang antara
partikel-partikel koloid dengan molekul-molekul pendispersinya. Gerak Brown
akan makin cepat, jika partikel-partikel koloid makin kecil. Gerak Brown adalah
bukti dari teori kinetik molekul.
3. Elektroforesis
Jika
partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, berarti partikel
koloid tersebut bermuatan listrik. Jika sepasang elektrode dimasukkan ke dalam
sistem koloid, partikel koloid yang bermuaran positif akan menuju elektrode
negatif (katode) dan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menuju
elektrode positif (anode). Pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan
listrik ke masing-masing elektrode disebut elektroforesis . Dari penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwa elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan
jenis muatan koloid.
4. Absorpsi
Suatu
partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi penyerapan ion pada
permukaan partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid Fe(OH) 3 dalam air akan
menyerap ion H + sehingga bermuatan positif, sedangkan koloid As 2 S 3 akan
menyerap ion-ion negatif. Kita tahu bahwa peristiwa ketika permukaan suatu zat
dapat menyerap zat lain disebut absorpsi . Berbeda dengan absorpsi pada
umumnya, penyerapan yang hanya sampai ke bagian dalam di bawah permukaan suatu
zat, suatu koloid mempunyai kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu terjadi
karena koloid tersebut mempunyai permukaan yang sangat luas.
5. Koagulasi
Koagulasi
adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi ini
terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid
tersebut bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem
koloid tersebut dilucuti dengan cara menetralkan muatannya, maka koloid
tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi (menggumpal).
6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Adanya
sifat absorpsi dan zat terdispersi (dengan fase padat) terhadap mediumnya
(dengan fase cair), maka kita mengenal dua jenis sol, yaitu sol liofil dan sal
liofob. Sol liofil ialah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan
mengabsorpsi molekul mediumnya. Sol liofob ialah sol yang zat terdispersinya
tidak menarik dan tidak mengabsorpsi molekul mediumnya.
Bila
sol tersebut menggunakan air sebagai medium, maka kedua jenis koloid tersebut
adalah sol hidrofil dan sot hidrofob. Contoh koloid hidrofil adalah kanji,
protein, sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob adalah
sol-sol sulfida, sol-sol logam, sol belerang, dan sol Fe(OH) 3 .
Sol
liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulasi jika ditambah
sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika
dibandingkan dengan koloid liofob. Untuk menggumpalkan koloid liofil diperlukan
elektrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung molekul-molekul cairan yang berfungsi
sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya,
pada koloid liofil, dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguraian.
Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid
liofil lagi. Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel . Koloid
liofob mempunyai sifat yang berlawanan dengan koloid liofil.
7. Dialisis
Untuk
menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses pembuatan
koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan menggunakan membran
semipermeabel . Proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring
menggunakan membran/selaput semipermeabel disebut dialisis. Proses dialisis tersebut adalah sebagai
berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput
semipermeabel. Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air dan
ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi
koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka
ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air. Prinsip
dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya (alat
dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.
8. Koloid Pelindung
Untuk
sistem koloid yang kurang stabil, perlu kita tambahkan suatu koloid yang dapat
melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi. Koloid pelindung ini akan
membungkus atau membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang
dilindungi. Koloid pelindung ini sering digunakan pada sistem koloid tinta,
cat, es krim, dan sebagainya; agar partikel-partikel koloidnya tidak
menggumpal. Koloid pelindung yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi disebut
emulgator (zat pengemulsi). Contohnya, susu yang merupakan emulsi lemak dalam
air, emulgatornya adalah kasein (suatu protein yang dikandung air susu). Sabun
dan detergen juga termasuk koloid pehindung dari emulsi antara minyak dengan
air.
Sifat sifat koloid ada
berbagai macam namun yang berguna dalam bidang farmasi ialah:
1.
Absorpsi
Sifat absorpsi
partikel-partikel koloid ini dapat dimanfaatkan dalam obat-obatan. Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam
bentuk pil atau tablet, apabila diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan
cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang
mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang menyebabkan
sakit perut.
2.
Dialisis
Untuk
menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses pembuatan
koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan menggunakan membran
semipermeabel . Proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring
menggunakan membran/selaput semipermeabel disebut dialisis . Proses dialisis
tersebut adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang
terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat melewatkan
molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat.
Jika kantong berisi koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi
air yang mengalir, maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama
dengan air. Prinsip dialisis ini
digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya (alat dialisis
darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi dengan alat dialisator.
Dalam sistem koloid dikenal istilah emulsi yaitu sistem
koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat
bercampur. di dalam industri farmasi, emulsi juga berperan dalam pembuatan obat
antara lain dalam pembuatan minyak ikan, salep dan krim.
Koloid
Emulsi
Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai
berikut.
1) Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) adalah
koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat
terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh:
mentega, keju, jeli, dan mutiara.
2) Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) adalah
koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat
terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh:
susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair)
adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Artinya, zat
terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh:
insektisida (semprot), kabut, dan hair spray
C.
Jenis-jenis Koloid
Sistem koloid dapat dikelompokkan
berdasarkan fase terdispersinya menjadi 3 yaiu:
1. Sol
Sol adalah suatu jenis koloid dengan
fase terdispersi padat dan medium pendispersi berupa zar padat, zat cair, atau
gas. Ada 3 jenis sol, yaitu sol padat, sol cair (sol), dan sol gas ( aerosol
padat).
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat.
Contoh : paduan logam, gelas berwarna, intan hitam
b. Sol cair (sol) adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh : cat, tinta, tanah liat, tepung dalam air
c. Sol gas ( aerosol padat) adalah sol dalam medium pendispersi gas.
Contoh : debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi
Emulsi adalah suatu jenis koloid
dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat
padat, zat cair, atau gas.
a. Emulsi padat atau gel
Gel merupakan emulsi dalam medium pendispersi zat padat.
Contoh : jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair
Emulsi dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua
zat cair yang tidak dapat saling melarutkan, yaitu zat cair polar dan zat cair
non polar.
Contoh : susu, mayones, krim
c. Emulsi gas (aerosol cair)
Emulsi dalam medium pendispersi gas.
Contoh : awan, kabut, hairspray
3. Buih
Buih adalah suatu jenis koloid dengan
fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi zat cair atau zat padat.
a. Buih padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium
pendispersi zat padat.
Contoh : batu apung, roti, karet busa
b. Buih cair (buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium
pendispersi zat cair.
Contoh : busa sabun, putih telur yang dikocok, alat pemadam kebakaran
D.
Peranan Koloid Dalam Bidang Farmasi
1. Kosmetik
Bahan – bahan kosmetika
sangat banyak jenisnya, akan tetapi pada prinsipnya hampir 90% dari bahan itu
dibuat dalam keadaan koloid. Hal itu disebabkan sifat koloid yang mudah
menyerap pewangi dan pewarna, lembut, mudah dibersihkan, tidak merusak kulit
dan rambutm dan sekaligus mengandung dua macam bahan yang tidak dapat saling
larut. Macam – macam bentuk bahan kosmetik sebagai berikut :
a.
Bahan kosmetika
yang berbentuk aerosol, misalnya parfum dan deodorant spray, hair spray, dan
penghilang bau mulut yang disemprotkan.
b.
Bahan kosmetika
yang berbentuk sol, misalnya susu pembersih muka dan kulit, cairan untuk
masker, dan cat kuku.
c.
Bahan kosmetika
yang berbentuk emulsi, misalnya susu pembersih muka dan kulit.
d.
Bahan kosmetika
yang berbentuk gel, misalnya deodorant stick dan minyak rambut (jelly).
e.
Bahan kosmetika
yang berbentuk buih, misalnya sabun cukur dan sabun kecantikan.
f.
Bahan kosmetika
yang berbentuk sol padat misalnya pemerah bibir, pensil alis dan maskara
g.
Bahan kosmetika
yang berbentuk pasat misalnya, pasta gigi,
h.
Deodorant,
mengandung aluminium klorida untuk mengkoagulasikan (emengendapkan) protein
dalam keringat. Endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjar keringat
dan protein yang dihasilkan berkurang.
2.
Dalam industri
farmasi
a.
Minyak ikan
b.
Penisilin untuk
suntikan
3.
Dalam bidang
kesehatan
Prinsip dialisis digunakan untuk membantu pasien
gagal ginjal.
4.
Karbon
Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil
atau tablet, apabila diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan cara
absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang mampu
mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang menyebabkan sakit
perut.
BAB III
PENUTUP
Dari makalah di atas
dapat kita ketahui pengertian koloid adalah Suatu bentuk campuran yang
keadaanya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Dalam bidang
Farmasi, sistem koloid banyak digunakan, misalnya dalam pembuatan kosmetika,
dalam industri kefarmasian yaitu pembutan penisilin untuk suntikan dan minyak
ikan, dalam bidang kesehatan digunakan dalam membantu pasien gagal ginjal,
serta serbuk karbon yang dibuat dalam berbagai sediaan untuk menyembuhkan sakit
perut.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmo Unggul. 2005.
Kimia untuk SMA kelas XI seri SMS. Surakarta:
Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid/
http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan-sistem
koloid.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007
Selasa, 14 Januari 2014
Lebah dan Kupu-kupu
Kamu. Lebah, percayaku penuh untukmu. Menggandengku menapaki
bunga demi bunga kehidupan. Kau lindungi aku dengan sayapku yang
rentan. Tak sesaatpun kau lepaskan aku berjalan sendiri, bimbingan
tulusmu memberikan kenyamanan penuh atas keawamanku dalam menapaki
kehidupan yang kian keras.
Aku. Kupu-kupu, katamu aku terlalu berharga untuk bersamamu. Kau ucap
semua keganjalan. Aku diam tak berdaya, mengartikan semuanya. Memahami
segala maksud yang tersirat atau tersurat dari kata yang ada. Aku
merenung dengan segala asa yang kian kau bentuk menjadi indah sampai
saat ini. Dan tiba-tiba kau pecut halus semua angan dan harap akan kita.
Sayapku melemah, indahnya kian pudar.
Tuhan. Kiranya kebersamaan lebah dan kupu-kupu memang sebuah
kesalahan. Tegarkan hatinya untuk menerima semua keputusanMu. Mereka
hanyalah aktris dan aktor dalam skenarioMu. Tapi yakinnya sangat kuat,
bahwa tak ada lagi yang lebih baik selain rencanaMu. Namun, jika memang
kebersamaannya memang hal yang baik. Ijinkan mereka bersama kembali
melukis indahnya rencanamu di kanvas kehidupan suci ciptaanMu. Satukan
tuju dengan jalan dan ridhoMu.
Dan pada akhirnya, dengan pemahaman dan pertimbangan sesaat.
Kupu-kupu mengijinkan sang lebah pergi, terbang menggapai angan dan
harapnya yang telah hadir kuat sebelum kupu-kupu hadir di kehidupannya.
Ketika rindu mengelabu. Asa memilu. Hanya doa yang membantu. Menghubungkan dua insan ini.
by: astriulfah
Senin, 13 Januari 2014
alat-alat disolusi
MAKALAH
MACAM-MACAM ALAT DISOLUSI
Ditujukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmasi Fisika II
Disusun oleh :
MAULAN SEPTIARINI SUTARDI
NIM : 3311111095
Kelas : C
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Disolusi
obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke
dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi
ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut
ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang
harus diuji disolusinya adalah bentuk
padat atau semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep (Ansel, 1985).
Agar
suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan dalam cairan pada
tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam
bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat
larut dalam cairan pada suatu tempat
dalam saluran lambung-usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung
dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan
berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat
disebut disolusi (Ansel, 1985).
Bila
suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran cerna, obat
tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet
tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami disintegrasi
menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami pemecahan menjadi
partikel-partikel halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung
secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut
diberikan (Martin, 1993).
Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan
banyaknya suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu.
Persamaan kecepatan menurut Noyes dan Whitney sebagai berikut (Ansel, 1993).
BAB II
ISI
Alat 1
Alat terdiri dari sebuah
wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert,
suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang
berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang
sesuai berukuran sedemikian sehinnga dapatmempertahankan suhu dalam wadah pada
37o ± 0,5o selama pengujian berlangsung dan menjaga agar
gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat termasuk
lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan
atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk.
Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan selama
pengujian berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder
dengan dasar setengah bola, tinggi 169 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm
hingga 106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya
melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang sesuai.
Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari
2mm pada tiap titik pada sumbu vertikal wadah, berputar dengan halus dan tanpa
goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan sehingga
memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan
mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi
dalam batas ± 4%.
Alat 2
Sama seperti Alat 1, bedanya pada alt ini
digunakan dayung yang terdiri dari daun (propellor) dan batang sebagai
pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih
dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus
tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun
dan batang rata. Jarak 25mm ± 2mm antara daun dan bagian dalam dasar wadah
dipertahankan selama pengujian berlangsung. Untuk mencegah mengapungnya sediaan
digunakan sepotong kecil bahan inert seperti gulungan kawat berbentuk spiral.
Alat 3
Alat terdiri dari satu rangkaian labu kaca
beralas rata berbentuk silinder; rangkaian silinder kaca yang bergerak
bolak-balik; penahan dari baja tahan karat; (tipe 316 atau yang setara) dan
kasa polipropilen yang dirancang untuk menyambungkan bagian atas dan alas
silinder yang bergerak bolak-balik; dan sebuah motor serta sebuah kemudi untuk
menggerakkan silinder bolak-balik secara vertikal dalam labu dan jika
diinginkan, silinder dapat diarahkan secara horizontal pada deretan labu kaca
yang lain. Labu – labu tercelup sebagian dalam tangas air dengan ukuran sesuai
yang da[at mempertahankan suhu 37o ± 0,5o selama
pengujian. Tidak ada bagian alat, termasuk tempat di mana alat diletakkan,
memberikan gerakan, goyangan atau getaran yang berarti.
Alat 4
Alat terdiri dari sebuah wadah dan sebuah
pompa untuk media disolusi; sebuah sel yang dapat dialiri, sebuah tangas air
yang dapat mempertahankan suhu media disolusi pada 37o ± 0,5o.
Pompa mendorong media disolusi ke atas melalui sel. Pompa memiliki kapasitas
aliran antara 240 ml per jam dan 960 ml per jam, dengan laju aliran baku 4 ml,
8 ml, dan 16 ml per menit. Pompa harus secara volumetrik memberikan
aliran konstan tanpa dipengaruhi tekanan aliran dalam alat penyaring. Sel
terbuat dari bahan yang inert dan transparant, dipasang vertikal dengan suatu
sistem penyaring yang mencegah lepasnya partikel tidak larut dari bagian atas
sel; diameter sel baku adalah 12 mm dan 22,6 mm; bagian bawah yang runcing
umumnya diisi dengan butiran kaca kecil dengan diameter lebih kurang 1 mm dan
sebuah butiran dengan ukuran lebih kurang 5 mm diletakkan pada bagian ujung
untuk mencegah cairan masuk ke dalam tabung.
Alat 5
DAYUNG DI ATAS CAKRAM
Gunakan labu dan dayung dari Alat 2,
dengan penambahan suatu cakram baja tahan karat dirancang untuk menahan sediaan
transdermal pada dasar labu. Suhu dipertahankan pada 32o ± 0,5o.
Jarak 25 mm ± 2 mm antara bilah dayung dan permukaan cakram dipertahankan
selama penetapan berlangsung. Labu dapat ditutup selama penetapan untuk
mengurangi penguapan. Cakram untuk menahan sediaan transdermal dirancang agar
volume tak terukur antara dasar labu dan cakram minimal. Cakram diletakkan
sedemikian rupa sehingga permukaan pelepasan sejajar dengan bilah dayung.
Alat 6
Gunakan labu dari Alat 1, kecuali
keranjang dan tangkai pemutar diganti dengan elemen pemutar silinder yang
terbuat dari baja tahan karat, dan suhu dipertahankan pada 32o ± 0,5o
selama penetapan berlangsung. Sediaan uji ditempatkan pada silinder pada
permulaan tiap penetapan. Jarak antara bagian dasar labu dan silinder
dipertahankan 25 mm ± 2 mm selama penetapan.
Alat 7
CAKRAM TURUN NAIK
Terdiri dari suatu rangkaian wadah
volumetrik untuk larutan yang sudah dikalibrasi atau ditara, terbuat dari kaca
atau bahan inert yang sesuai, sebuah rangkaian motor dan pendorong untuk
menggerakkan sistem turun naik secara vertikal dan mengarahkan sistem secara
horizontal secara otomatis ke deret labu yang berbeda jika diinginkan, dan satu
rangkaian penyangga cuplikan berbentuk cakram. Wadah larutan sebagian terendam
dalam sebuah tangas air yang sesuai dengan ukuran yang memungkinkan untuk
mempertahankan suhu bagian dalam wadah larutan 32o ± 0,5o
selama pengujian berlangsung. Tidak ada bagian alat termasuk tempat
diletakkannya alat, yang memberikan gerakan, goncangan, atau getaran yang
berarti.
BAB III
PENUTUP
1.
Disolusi
adalah proses pelepasan senyawa obat dari sediaan dan melarut
dalam media pelarut.
2.
Macam-macam
alat uji disolusi menurut FI IV ada dua yaitu: tipe keranjang (basket) dan tipe
dayung (paddle).
3.
Macam-macam
alat uji disolusi menurut USP 29 NF 24 ada tujuh yaitu: tipe keranjang
(basket), tipe dayung (paddle), tipe reciprocating cylinder, tipe flow through
cell, tipe paddle over disk, tipe silinder, tipe reciprocating holder.
DAFTAR PUSTAKA
·
Martin, A.dkk, 1993. Farmasi Fisika Edisi III Volume
II. Diterjemahkan oleh yoshito, UI press, Jakarta.
·
Anonim, 2005. “Penuntun Praktikum
Farmasi Fisika”. UMI. Makassar
Dakses pada : Diakses 23/05/2013 pukul 20:20
Langganan:
Postingan (Atom)